Mengenal Reksa Dana Indeks dari Syailendra Untuk Investor Agresif

media-image

 

Reksa dana Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI) tercatat memberikan imbal hasil sebesar 22.28% sejak Juni 2018 hingga Juni 2019, lebih dari dua kali lipat IHSG. Bagaimana bisa?

SMCI merupakan reksa dana indeks saham dengan karakteristik value investing. Reksa dana ini menggunakan indeks Indonesia Value Index dari MSCI (Morgan Stanley Capital International). Indeks ini mengukur perusahaan-perusahaan Indonesia dengan fundamental yang kuat berdasarkan prinsip value investing.

Ada tiga rasio value investing yang dipakai untuk menyusun indeks ini, yaitu 1) Price to Earnings 12M Forward, 2) Price to Book Value dan 3) Dividend Yield 12M Trailing.
 
High risk, high return. Lantas bagaimana kita yakin reksa dana ini dapat menguntungkan untuk jangka panjang? Berdasarkan hasil riset MSCI Ltd dari tahun 1976-2016 di berbagai negara, faktor value menghasilkan long-term return lebih tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya seperti Momentum, Size, Yield, Composite, Quality, dan Volatility. Dengan demikian, reksa dana indeks ini mengikuti performa dari saham-saham yang menghasilkan return yang tinggi secara jangka panjang.

Fokus value investing memberikan SMSCI potensi imbal hasil yang tinggi selaras dengan tingkat volatilitas tinggi juga, sehingga cocok untuk investor dengan profil agresif.

Secara historis, reksa dana ini telah memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan dengan IHSG. Sejak peluncuran, reksa dana SMSCI merupakan top performer dalam kategori reksa dana indeks dengan imbal hasil 10% per akhir Dec-2018. Pada periode yang sama, SMSCI membukukan imbal hasil lebih tinggi daripada IHSG (3.4%). Per 30 Mei 2019, Year-to-date SMSCI menghasilkan return 1.0% sementara IHSG 0.2%

Lalu apakah performa ini akan bertahan ke depannya? Jika menilik dari potensi imbal hasil dari rencana pemotongan suku bunga dapat memberikan potensi imbal balik yang tinggi bagi SMSCI. Hal ini disebabkan oleh porsi sektor interest rate sensitive yang besar pada reksa dana SMSCI, yaitu Keuangan (25%), telekomunikasi (22%) dan aneka industri (17%). 

Selain itu, performa dari reksa dana ini juga didukung oleh potensi imbal hasil dari stabilisasi harga data telekomunikasi. Industri telekomunikasi dalam 5 tahun kebelakang mengalami kompetisi dalam persaingan harga data. Sejak 2018, stabilisasi harga data antar operator mulai terlihat. Hal ini menjadi katalis bagi sektor telekomunikasi dimana stabilisasi harga data dapat menghasilkan kinerja laba yang lebih stabil bagi perusahaan. Ditambah efek dari operating leverage perusahaan telekomunikasi yang tinggi berpotensi menghasilkan kinerja laba yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Tertarik untuk mencoba?