Bos Syailendra Yakini Tapering Kali Ini Terjadi Tanpa Tantrum

media-image

Jakarta, CNBC Indonesia - Federal Reserve (The Fed) segera menempuh kebijakan tapering dengan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) hingga menaikkan suku bunga acuan.

Pada 2013 silam, kebijakan serupa menimbulkan gejolak di pasar finansial berbagai negara, yang dikenal sebagai taper tantrum. Namun, kebijakan tapering kali ini diprediksi tanpa tantrum atau tidak menimbulkan gejolak seperti sebelumnya.

Merespons hal tersebut, Presiden Direktur PT Syailendra Capital Fajar R. Hidajat mengatakan, efek tapering pada 2021 tidak akan seperti tapering pada 2013 hingga 2015.

"Terus juga kalau kita belajar dari sebelum tapering 2009 sampai 2013, secara overall emerging market itu, pada saat itu, mendapat inflow cukup signifikan," kata Fajar dalam CNBC Indonesia Award 2021 'The Best Securities and Asset Management Companies', Selasa (23/11/2021).

Diketahui, tapering pada pertengahan 2013 berdampak pada pelemahan rupiah hingga 2015. Adapun menurut Fajar, di Indonesia sudah terjadi market outflow pada 2016 hingga 2020.

"Memang kalau kita lihat di dua tahun terakhir dari 2020, selama 2020 terjadi outflow. Dan memang tahun 2021 terjadi inflow, terutama paling besar di bulan September, dari Mei sampai September," jelas dia.

Ia mengatakan, tapering pada 2021 akan memberikan upsite. Sementara pada market akan mengalami sedikit volatilitas, terutama pada Semester I-2022.

"Tapi bisa jadi mungkin tapering efek tidak akan memberikan efek yang sangat siginifikan. Bottom line volatilty, semua sekuritas akan kena efek, tapi efeknya mungkin tidak seperti tapering pertama," ungkap Fajar.

source : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211123175842-17-293837/bos-syailendra-yakini-tapering-kali-ini-terjadi-tanpa-tantrum