Awal Oktober 2025 mencatat perkembangan positif bagi pasar keuangan Indonesia.
Bank Indonesia melaporkan adanya inflow asing senilai Rp6,43 triliun selama periode 6–9 Oktober, terdiri dari Rp2,48 triliun di pasar saham dan Rp5,14 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).
Arus masuk ini menjadi sinyal awal bahwa minat investor global terhadap aset Indonesia mulai meningkat, meski dalam skala yang masih terbatas.
Pergerakan Dana Masih Bersifat Taktis
Jika melihat tren sepanjang tahun, arah pergerakan modal asing masih selektif.
Investor global mencatat jual bersih Rp53,45T di saham dan Rp132T di SRBI, namun beli bersih Rp26,46T di SBN.
Kecenderungan ini menggambarkan strategi alokasi yang lebih berhati-hati, yakni memprioritaskan instrumen dengan imbal hasil stabil, sambil menunggu kepastian dari sisi suku bunga dan nilai tukar.
Dengan yield obligasi pemerintah Indonesia yang masih menarik dibanding negara berkembang lain, investor cenderung memanfaatkan momentum tanpa sepenuhnya kembali mengambil risiko tinggi.
Risiko Global Masih Diperhitungkan
Meskipun terjadi inflow, CDS Indonesia tenor 5 tahun naik tipis ke 78,37 bps dari 77,22 bps seminggu sebelumnya.
Kenaikan kecil ini menunjukkan bahwa sentimen positif belum diikuti penurunan premi risiko.
Investor global masih memperhitungkan faktor eksternal seperti arah kebijakan The Fed, dinamika geopolitik, serta volatilitas rupiah yang dipicu arus dolar kuat di akhir tahun.
Artinya, arus masuk saat ini belum menunjukkan perubahan tren jangka panjang, melainkan lebih ke penyesuaian portofolio jangka pendek.
Menatap Kuartal IV: Stabilitas Jadi Penentu
Ke depan, stabilitas rupiah dan konsistensi imbal hasil SBN akan menjadi faktor kunci.
Jika keduanya terjaga, potensi tambahan arus masuk ke pasar obligasi bisa berlanjut hingga akhir tahun.
Namun, dengan siklus rebalancing global menjelang Desember, volatilitas pasar masih perlu diwaspadai.
Kesimpulan
Arus masuk asing di awal Oktober menjadi tanda bahwa aset Indonesia tetap menarik di tengah ketidakpastian global.
Namun, arah dana asing masih bersifat taktis, bukan struktural.
Bagi investor domestik, situasi ini menegaskan pentingnya menjaga diversifikasi dan memanfaatkan peluang dari stabilitas pasar obligasi tanpa mengabaikan potensi saham di sektor-sektor yang solid secara fundamental.