Saatnya Equity Market Jadi Primadona?

media-image

September sudah lewat dengan kenaikan yang cukup signifikan di pasar saham. IHSG berhasil menembus level 8.000 dan sejauh ini angka tersebut terlihat cukup solid. Namun memasuki Oktober, ruang katalis positif mungkin mulai terbatas, sehingga investor perlu lebih selektif membaca peluang.

Di balik itu, partisipasi investor ritel masih menjadi pendorong utama pergerakan pasar, sementara investor asing perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kembali masuk, meskipun belum masif.

Pergantian Menkeu dan Sentimen Sektor
Pergantian Menteri Keuangan memberikan sentimen positif bagi sektor ekuitas, terutama karena pasar melihat peluang kebijakan baru yang lebih mendukung pertumbuhan.

Di sisi lain, pasar obligasi tetap berada di jalur yang moderat. Aktivitas profit taking yang dilakukan sebagian investor serta sikap hati-hati asing terhadap kondisi fiskal mencerminkan dinamika normal dari siklus pasar. Dengan kata lain, obligasi masih menjadi instrumen penting bagi diversifikasi portofolio, hanya saja saat ini sentimen lebih kuat mendukung ekuitas.

Fokus pada MSCI dan Sektor Perbankan
Dari sisi saham, dorongan MSCI menjadi faktor utama. BBRI mulai kembali mendapatkan minat asing, sementara BBCA, BMRI, dan BBNI masih mencatatkan arus keluar.
- BBRI: tekanan outflow sudah mereda, inflow mulai tampak.

- BBNI & BMRI: masih menghadapi kemungkinan tantangan dari sisi pergantian manajemen dan juga hasil kinerja.

- Kepemilikan asing juga menurun dalam beberapa tahun terakhir:
BBRI: dari 80% -> 62%
BBNI: 70% -> 47%
BMRI: 80% -> 68%
BBTN: 60% -> 18%

Kondisi ini membuka peluang bagi produk indeks seperti Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI) untuk menangkap potensi rotasi asing.

Risk Muted, Upside Menarik
Optimisme juga terlihat dari cash level equity funds yang berada di titik terendah sejak 2023, sekitar 4,5%. Ini menandakan kepercayaan diri manajer investasi untuk lebih agresif di saham.

Faktor pendukung ekuitas saat ini antara lain:
1. Volatilitas global (VIX) rendah, memberi ruang nyaman bagi pasar.
2. Aliran dana asing 12 bulan terakhir masih lemah, sehingga masih ada potensi inflow tambahan.
3. Yield NDF stabil, menunjukkan minimnya tekanan besar di pasar valas.
4. Volatilitas MSCI Indonesia 2000 moderat, tidak menunjukkan risiko ekstrem.

Dengan risiko pasar yang relatif terkendali, ekuitas mendapat momentum lebih kuat tanpa mengabaikan peran instrumen lain dalam portofolio.

IHSG yang solid di level 8.000, kombinasi optimisme domestik, serta peluang inflow asing menjadikan ekuitas dalam posisi menarik saat ini.

Bagi investor, ini momen untuk mempertimbangkan alokasi ke produk ekuitas yang bersifat indexing seperti SMSCI, SMESGU, atau SRI Kehati, sebagai bagian dari strategi investasi yang seimbang dan terdiversifikasi.